PART III: Seleksi Substansi (Wawancara) LPDP

Sebelum mulai... 


Sorry

Maafkan saya yaa udah setahun sama sekali nggak update hihihi  🤣🤣

Banyak alasannya tapi yang paling paling ya karena saya udah sibuk sama tesis, dan domain situs ini sempat mati karena kartu kredit saya diganti. Hubungannya? yaa panjang lah huhuhu...
intinya 2 hal itu penyebab utama saya nggak bisa akses blog ini setahun terakhir huehehe.


So, here we go. The last part dari perjuangan mendapatkan beasiswa LPDP
mungkin terlambat banget nih buat sebagian dari kalian yang udah lama baca bagian pertama dan bagian kedua dari perjuangan  saya mendapatkan LPDP saya. Bahkan mungkin udah ada yang nyimak dari jaman gue (pake 'gue' aja ya, kalo pake 'saya' kayak ngobrol ama bos 😂) cerita perjuangan buat Nembus SIMAK UI.

Apa itu  Seleksi Substansi?

Oke langsung aja cus, Tahap ketiga dari tes beasiswa LPDP adalah seleksi substansi. Seleksi ini biasanya dikenal sebagai seleksi wawancara. Kalau kalian pikir "oh alhamdulillah, tinggal latihan ngomong aja", kalian salah besaaar kawaaan.

Seleksi ini adalah tahap paling sulit, paling tidak bisa kita prediksi, paling bikin sakit kepala, dan paling banyak menggugurkan peserta. Kriteria kelulusan dalam tahapan ini sesungguh hanya para peawancara yang tau. Bahkan peserta yang sudah punya LoA (sudah diterima tanpa syarat) di  perguruan tinggi dunia sejenis Harvard atau Oxford pun nggak sedikit yang gagal di tahap ini. Bukan menakut-nakuti, ini fakta yang terjadi di gelombang pendaftaran gue.

Umumnya seleksi beasiswa yang diketahui dari tahun ke tahun mekanismenya relatif sama. Masing-masing peserta yang sudah lulus tahap seleksi berbasis komputer (SBK) akan diundang untuk mengikuti tahapan wawancara yang sudah di jadwalkan. Pewawancara akan terdiri dari 3 orang. 1 psikolog, 1 akademisi, dan 1  profesional. Sudah kebayang?

Oke sekarang kita bahas materi wawancaranya. Masih ingat essay/rencana studi/proposal studi atau tulisan apapun itu yang diminta saat seleksi administratif? Kalau kalian pikir itu hanya untuk keperluan administrasi, maka kalian sudah selangkah tertinggal untuk bisa siap di tahap wawancara. Karena materi wawancara sebenarnya menggali apa yang sudah kita tuliskan, motivasi kita, kesiapapan kita, tapi dengan cara yang paling tidak nyaman.

Karena wawancara ini 3 lawan 1, ya mainnya keroyokan. Dan sepengalaman gue pewawancara juga tidak semua ramah. Beberapa kali pertanyaan sangat menyudutkan bahkan diselingi ketawa yang kurang menyenangkan. Jadi tolong yang hatinya halus selembut sutra, dibekukan dulu sementara saat wawancara ya.


Pengumuman Seleksi

Tahun 2019 setelah gue dinyatakan lolos seleksi berbasis komputer tanggal 16 Juli,  peserta yang lolos diminta untuk mengisi form isian tertentu  yang harus dilengkapi. Sayangnya ada klausal yang menyebut itu nggak boleh di share, jadi yang bisa gue bilang bahwa isian itu banyak tentang identitas diri kita. Berikut penampakannya di halaman akun LPDP gue:

Form Daftar Isian dan Pertanyaan



Nah udah kelar isian, gue menunggu sekitar hampir dua minggu sampai  ada pengumuman tentang mekanisme seleksi substansi ini. Alias, kita nunggu kapan jadwal wawancara kita. Pengumumannya juga lewat akun kita. Plus ada penjelasan lebih detail di email. Begini penampakan di akun kita ketika jadwal wawancara udah keluar:


Jadwal Wawancara LPDP.


Apakah kalian melihat ada yang salah dari gambar di atas? yes, ternyata wawancaranya dua kaliiiii 😭😭😭😭 panik nggak? panik nggak? panik lah masa enggaaaaak 😭😭😭😭 gue mikirin 1 wawancara udah mules mules coba, ini duaaa looooh. dan di hari yang sama pula. Udah tambah mules dah gue pas liat jadwal ini. Setelah tanya sana sini, emang tahun 2019 itu berubah seleksinya dari tahun sebelumnya. Ini membuat gue harus meng quote 1 hal ke kalian semua yang membaca cerita perjuangan ini dari awal sampe akhir, bahwa... Mekanisme seleksi LPDP tiap tahunnya bisa berbeda bentuknya walau masih sama-sama 3 tahap

Trus apa gunanya baca blog orang atau nanya-nanya ke teman yang udah lulus LPDP? ya tetap ada gunanya dong. Artinya kita bisa lebih siap karena tahu selalu ada kemungkinan variasi seleksi dari tahun ke tahun, Untuk tahun 2020 dan 2021 kemarin, tahap ini balik ke awal, cuma 1x wawancara. Sediih 😂😂😂 kayaknya tahun gue yang 2019 jadi kelinci percobaan #eh

Nah sesuai tanggal wawancara di atas, gue dapatnya kalau nggak salah weekday. Tempatnya di STAN. Berhubung jarak antara STAN dengan kos dan kantor gue jauh (dan pasti macet kalo pagi), dan itu wawancaranya pagi, gue ambil inisiatif untuk cuti dan nyewa penginapan deket sana. Jaman 2019 itu, o*o sama redd*** masih menjamur, jadi bisa nemu penginapan harga 100ribuan per malam yang AC. Agak creepy sih, old gitu ada pendoponya dah kayak singasana angling dharma versi indoor. Gpp lah selama murah yeee.

Tapi mungkin memang rejeki, di sana malah satu penginapan bareng peserta dari Sulawesi Selatan. Kenal lewat group chat, tanpa janjian malah ketemu di penginapan. Rejekinya dimana? rejekinya sebagian dari mereka diwawancara duluan sehari sebelum gue. Jadi malamnya kita ketemuan buat bahas pertanyaanya...  Alhamdulillah mereka baek-baek kagak pelit mau ngasih bocoran pertanyaan. Dan rejekinya orang baek, mereka yang ngasih bocoran itu lulus. Alias kami yang sepenginapan itu lulus (hampir) semuanya.


Hari Wawancara

Hari wawancara walau coba tidur cepet tetep susah ye, mungkin karena grogi. Bangun subuh udah gak bisa santai. Sarapan susu dan roti di kamar penginapan. Itu sarapan dah gue beli dari kemarinnya, supaya ready to go pas hari H. Habis itu dengan baju batik dan celana kantor hitam andalan, berangkatlah gue ke STAN yang hanya 7  menit ngojek dari penginapan. Urutannya saat itu kira-kira gini:
  • Hadir di tempat wawancara dengan membawa berkas-berkas yang ditentukan.
  • Verifikasi berkas (pemriksaan berkas) oleh panitia LPDP
  • Antri Wawancara 1 -- Selesai
  • Antri Wawancara 2 -- Selesai
  • Pulang


Jadi, wawancara 1 adalah seleksi wawancara yang selama ini kita tau. 1 lawan 3. kita lawan 1 psikolog, 1 akademisi, 1 profesional. Apa aja yang ditanyain? Well pertanyaanya tidak jauh-jauh dari:
  1. Kenapa kamu pilih jurusan itu? apa hubungannya sama kerjaan kamu? (harap dicatat bahwa gue mendaftar dari jalur PNS jadi pertanyaan ini harus dijawab dengan tepat)
  2. Kenapa pilih kampus itu? emang kampus laen nggak bisa? emang kamu udah cari? nah, di sini kalau kalian jawabnya asal nebak, pasti akan disudutkan para pewawancara. 
  3. Kenapa pilih kampus dalam negeri? kenapa bukan luar negeri? nilai bahasa inggris kamu cukup kok? ini karena tujuan kampus gue adalah kampus dalam negeri. Jika tujuan kampus kalian luar negeri maka kalian akan ditanya pertanyaan sebaliknya.
  4. Apa kontribusi yang sudah kamu lakukan? Semua peserta sama pintarnya kayak kamu, dan punya LoA juga. Apa nilai lebih kamu? eng ing eng. Plis jangan jawab "saya punya penghargaan ini itu ini itu". Harap dicatat penghargaan tidak memberi kontribusi apapun selain ke dirimu sendiri
  5. Di essay kamu, kamu mau ambil jurusan XXX karena ada permasalahan XXX. emang kalau kamu lanjut kuliah, masalah bisa selesai? ini yang paling sulit  untuk dijawab. Karena semakin kita belibet jawab, akan semakin ditekan. Inilah yang sering jadi masalah bagi mereka yang essay nya mengawang, meninggi dan tidak jelas kaitan antara masalah/kontribusi yang akan dilakukan, dengan jurusan dan kampus yang diambil. Petunjuk: Jika kamu tidak bisa menjelaskan kaitan antar hal-hal  diatas dalam 2-3 kalimat ringkas dan jelas, maka artinya kamu belum mampu menjawab poin ini. Biarpun hal itu menurutmu ada di dalam kepalamu!

lima pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang nampaknya wajib keluar pada setiap peserta, dan umumnya semua berkisar tentang apa yang sudah kita tulis di essay/rencana studi/proposal studi. Kalo pertanyaan di atas udah aman terlewati, sisanya biasanya bervariasi tergantung profil kalian. Misal nih gue kan PNS, ditanya "emang kamu bisa bersaing sama fresh graduate nanti? kan kamu ini praktisi jadinya selama ini kan, udah lama nggak belajar". Menurut gue semua pertanyaan fungsinya sama sih, menggoyahkan kita dan melihat seberapa jauh persiapan dan niat kita buat kuliah.

Hal-hal menarik dalam profil kalian juga akan dibahas. Semisal karena gue mencantumkan belasan tulisan gue yang terbit di media massa, pewawancara akademisi mencoba mengkroscek tulisan gue. "Sebutin 3 judul tulisan kamu yang kamu ingat! itu tentang apa? Kenapa kok kamu nulis itu? hubungannya ama profesi kamu apa?" Nah di sini gue mencoba berpikir lebih kreatif (tapi juga masuk akal) dengan menjawab bahwa tulisan gue adalah salah satu kontribusi gue bagi masyarakat dan instansi gue. dan dari gesture serta anggukan gue tau pewawancara menerima jawaban gue.  Kok bisa? Jawabnya gimana? Nanti ya gue bahas di tulisan terpisah hohoho

Ada lagi pertanyaan tentang psikologis kita yang menurut gue standar kayak "Apa momen yang tidak terlupakan selama kamu kerja di maluku utara" Karena Bu Psikolog melihat bahwa gue cukup lama kerja di daerah. Di sini juga gue memberi jawaban yang natural (cieeh) tapi juga mengandung rasa syukur. Kenapa? yang gue pahami, secara psikologis kalau yang kita jawab cuma sekedar momen penuh kekurangan/keluhan maka takutnya kepribadian kita dinilai sebagai kepribadian 'negatif'.

Satu hal juga yang gue coba lakukan saat wawancara, adalah 'menyambung' komentar dari pewawancara. Maksudnya gini, kadang kita kalau diwawancara kan, mereka nanya kita jawab, titik. Dalam beberapa kesempatan, gue justru bertanya balik pada pewawancara. Tapi bukan dengan maksud nyolot kurang ajar (kayak kelakuan sehari-hari gue) gitu yaaa. Enggak sama sekali. Hari itu mendadak gue jadi manusia ramah penuh sopan santun.

Saat si bapak profesional bilang "Ah jurusan begini mah gak harus di UI, di kampus lain banyak", gue sambung dengan " Oh gitu ya Pak? Dimana ya pak? soalnya saya sudah riset dari lama, dan universitas negeri lain tidak ada mata kuliah yang mau saya ambil ini". Respon bapaknya? bengong sesaat, agak gelagapan dan bilang "banyak..." tanpa nyebut kampus. Kenapa gue berani komen? karena gue memang udah nyari. Jadi riset kampus, jurusan dan mata kuliah yang rencananya kita akan ambil itu, emang PENTING gaes. Karena bisa jadi senjata kita saat wawancara.

Kemudian saat Bu Psikolog bilang "waah berarti saat di Maluku Utara ritme hidup kamu lebih slow dan lebih bisa dinikmati ya?" gue lanjut "Iya bu, lebih bahagia kalau sesuai indeks kebahagian nasional, hehe". Di sini gue sengaja menggantung pembicaraan, sambil iseng melempar 'umpan'. dan ditangkap sama Bapak Akademisi "Bentar, kamu bilang indeks kebahagiaan? emang di Maluku Utara indeks kebahagiaannya berapa?"

Jeng jeng. Sejujurnya kalo angkanya gue gak hafal hahaha. Jadi yaa gue jawab "Kalau angka saya gak hafal, tapi kalau bapak cari datanya, akan ditunjukkan bahwa Maluku Utara itu indeks kebahagiaanya paling tinggi selama dua periode berturut-turut pak" gue jawab sambil senyum (pegel). Lucunya di bagian ini Bapak Akademisi dan Ibu Psikolog malah jadi debat kecil tentang Indeks itu. Bapak akademisi menjawab sesuai komponen indeks yang dia tau, sementara Ibu Psikolog yakin penjelasannya adalah pada psikologi masyarakat yang memang seloooo, santaiii kayak di pantai (Ku akui ini benar. Sebagai anak jakarta yang mendadak tinggal di Malut, shock woy!). 

Nah selama kedua pewawancara debat kecil, gue nontonin aja sambil ngangguk-ngangguk. Habis itu kelar dah wawancara gue..

Trus apa gunanya kita nyambung komen pewawancara kayak gitu? Jadi menurut gue dalam sehari itu kan yang diwawancara banyak ya gaes. Pasti di ujung hari mereka akan merekap lagi hasil wawancara dan penilaian. Gue mencoba membuat pewawancara mengingat gue. Dalam wawancara apapun, penilaian yang diberikan kepada kita akan lebih signifikan jika kita 'stand out' atau diingat. Hanya menjawab "iya, iya" saja gak akan bikin kita diingat. Pun fisik kita bisa aja si pewawancara lupa yang mana. Aktif dalam pembicaraan adalah hal kecil  yang bisa kita lakukan. 

Tapi juga jangan kepanjangan dan jadi curhat ye. 1-2 kalimat aja. Kalau pewawancara tertarik, mereka akan melanjutkan kok. Yang lebih dikhawatirkan justru kalau wawancara kita pendek, singkat, dan keliatan pewawancara tidak tertarik untuk menggali profil, kegiatan, dan prestasi kita. Seringnya, wawancara singkat adalah warning. Meski wawancara panjang juga nggak selalu lulus 😂😂😂 Total waktu wawancara 1 gue adalah sejam kurang dikit. Capek ya buund seret. Dan gue dikasih aqua saat wawancara. Gue minum langsung, soalnya keriiing tenggorokan hamba. apalagi masih ada...................


Wawancara 2 yang gue awalnya gak tau ini apa. Dan malam sebelumnya dapat bocoran dari peserta sepenginapan bahwa isi pertanyaanya macam pertanyaan wawasan kebangsaan. Zuzur gue dah banyak lupa pertanyaan di tahap ini karena udah terlanjur capeeeek banget di wawancara 1. 

Yang bisa gue inget adalah "Kenapa kamu dari TK sampai SMA sekolah islam semua?" terus, "kamu jadi PNS nya masuk jalur apa?", terus "Kalau bos kamu beda agama dengan kamu gimana?" Disclaimer ya. pertanyaan ini berbeda untuk tiap individu. Perhatikan bahwa profil gue adalah seorang PNS, mengenakan jilbab (tidak panjang). Beda individu akan beda pertanyaan. Kalo kalian liat pola pertanyaanya, kemungkinan besar yang wawancara adalah either dari badan intelijen/polisi/TNI. Mirip-mirip kayak pertanyaan tes TWK pegawai KPK gitulah.

Pada dasarnya gue gak ada keluhan tentang pertanyaanya, selama gue bisa jawab. Dan alhamdulillah semua gue bisa jawab tanpa hambatan. Menurut gue, fungsi pertanyaan-pertanyaan ini jelas. Tapi ada aja temen-temen peserta lain yang gagal jawabnya, entah karena belibet atau emosi karena merasa dipancing (emang kita ikan?). Selama wawancara ini, si pewawancara tidak menjelekkan agama gue, atau identitas pribadi gue. Pewawancara hanya bertanya, dan memisalkan sebuah kondisi lalu meminta pendapat gue. Jadi salah satu fungsi wawancara ini nampaknya adalah pengendalian diri juga. 

Kalo baru 'disenggol' dikit, langsung 'ngebacok' yaaaa gimanaaa bisa bermanfaat buat negara nantinya ye kaaan. kayak hashtag koran, kita harus #berpikirjernih. Bedanya manusia dan binatang adalah manusia diberi nalar dan logika. Setiap pertanyaan di wawancara ini harus dinalar logika dulu sebelum direspon.

Wawancara ini sedikit lebih cepet, tapi sama lelahnya, karena jawabnya harus hati-hati dan dipikirkan dampaknya. Sekitar setengah jam lebih dikit. Pertanyaanya adalah pemisalan, tapi jawabnya harus serius. Serius tidak menyebabkan perpecahan :)


Kesimpulan

Seleksi substansi itu bentuknya wawancara. Di tahun gue (2019) ada 2 kali wawancara. Sementara di 2020 dan 2021 wawancaranya hanya 1 kali. Tahun gue offline alias dateng langsung ke tempat wawancara, di STAN (lokasi bisa berbeda-beda). Yang sekarang, wawancara setau gue masih online  (LPDP 2021). Tips dari gue:
  1. Latihan. saran numero uno. Tapi tolong jangan dihafal jawabannya ye. Cukup catat apa poin dari jawabannya. Supaya pada saat jawab bisa lebih natural. Keliatan banget kalo dihafal. dan yang daya hafalnya minim kayak gue pasti beribet. Ini kesalalahan gue yang gue perbaiki saat latihan. Latihan kejelasan bicara, jangan terlalu cepat, jangan terlalu lambat, jangan curhat.
  2. Riset. Seperti yang gue bahas di atas, riset semua aspek dari essay dan tulisan yang sudah kalian buat. Karena akan dibahas sampai akarnya saat wawancara. Riset juga pertanyaan-pertanyaan wawancara yang biasa keluar, dan bagaiman harus menjawabnya. Banyak, googling yaaa.
  3. Rileks. Grogi membuat kalian blank saat mau menjawab. Jangan lupa makan dulu,.
  4. Baju Rapih. Jangan kaos oblong. Minimal kaos berkerah, kemeja, batik lebih baik. Bahkan jika wawancaranya online, dandan! Dandan lah buat kalian wanita. Lipstik dikit gapapa. Nyisir lah yang klimis buat kalian para pria. Penampilan mengindikasikan niat dan kesiapan.
  5. Pilih Tempat Wawancara yang Tenang. Wawancara online tidak boleh pake background. Jadi minimal pilihlah lokasi dengan latar belakang yang "pantas". Misalnya tembok kamar, gorden ruang tamu, sofa, dll yang tidak membuat pewaawancara terdistraksi. Pakai headset/earphone jika perlu. Ingat, jadwal wawancara sudah diberikan dari jauh hari, jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak bisa menyiapkan tempat kondusif saat hari H.
  6. Doa. Semua usaha harus dibarengi dengan doa ya gaes.


Oke sekian, maap panjang banget ini udah gue coba singkat, susah juga huahaahah. Dah ngantuk gueeee, besok masih ngantor lagi. Let me know kalo postingan ini sudah menjawab rasa penasaran kalian yang udah nagih dan komen di postingan-postingan sebelumnya. Tinggalkan komen kalau mau nanya-nanya, akan dibalas secepatnya hoho (udah rajin sekarang).

oiya lupa, Iya gue lulus seleksi wawancara LPDP 2019 dengan kronologi kayak di atas hahaha. Dan saat ini sudah wisuda juga. Jadi harusnya tips-tipsnya bukan ajaran sesat yaaaaa



oke segitu aja... byeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee

Thank You for Reading My Blog!

Kalau tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke siapapun yang kalian pikir perlu ikut membaca :)

Comments

2 komentar:

  1. Kalau saat wawancara malah ditanyakan hal pribadi seperti apakah sudah punya pacar, kapan nikah, rencana nikah. Itu gimana ya? Agak tersudut saya sebagai kelompok single

    ReplyDelete
  2. Hi Kak! Terima kasih atas sharingnya. Sangat bermanfaat untuk aku yang baru pertama kali coba ikut seleksi LPDP. Aku dapat jadwal interview bulan Mei 2024 nanti, doain ya kak semoga bisa mengikuti jejakmu hehe. Sekali lagi, terima kasih atas sharing ilmunya!

    ReplyDelete